Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Senin, 02 Maret 2009

KAIN PUTIH TERAKHIR

Bima bocah kecil berusia 6 tahun, cerdas, lucu, dan penuh pengertian. Bima telah berpisah dengan orangtuanya sejak ia berusia 5 tahun. Karena ekonomi dan masalah keluarga yang tak bisa lagi dihindari. Kini ia hidup bersama mamanya. Sudah barang tentu segala kebutuhan hidup Bima ditanggung oleh mamanya. Kini mamanya membuka usaha dengan menjual nasi uduk dan gado-gado.
Di suatu malam menjelang tidur, Bima ingin dibelikan kain putih untuk mengaji bersama dengan teman-teman di rumah gurunya. "Mah…beliin Bima kain putih dong buat mengaji, teman-teman Bima sudah punya semuanya," pintanya. "Iya sayang, kalau Mama punya uang pasti Mama beliin, sekarang Mama sedang mengumpulkan uangnya," jawab sang mama menjanjikan. Bima tersenyum mendengar jawaban dan janji mamahnya. Ia mengerti kalau mamanya belum memiliki uang.
Sebulan telah berlalu, mamanya belum juga membelikan kain putih karena uang hasil jualan nasi uduk dan gado-gadonya belum mencukupi harga kain tersebut. Bima si bocah kecil yang lucu dan cerdas, yang disukai teman-teman bermainnya mencoba untuk menagih janji mamanya. "Mah, sudah punya uang belum buat beli kain?" "Oh ..Mama tidak lupa sayang dengan janji Mama, tapi uangnya belum cukup," jawab mamanya memahamkan. Bima si bocah kecil yang penurut itu sambil tersenyum mengiyakan jawaban mamanya. "Ok, Mah kalau begitu," sahut Bima penuh pengertian. Ia kembali ceria, tak pernah tampak di wajahnya kemuraman, kesal ataupun minder. Bermain bersama teman-temannya, sekolah, mengaji, dan bermain adalah rutinitas kesehariannya.
Pada hari libur pun ia selalu membantu mamanya menunggu warung tanpa ada rasa malu, ia tak peduli walau hidup kini tanpa didampingi sang ayah disampingnya. Di sore hari yang cerah, sepulang bermain bola bersama teman-temannya. Kaosnya kotor dan celananya pun dekil. "Bima, dari mana Kamu kok sekotor ini baju dan celanamu," tanya mama terheran-heran. "Dari lapangan, Mah.., main bola sama teman-teman, Mah mandiin Bima dong! Bima kan sudah lama nggak dimandiin sama Mamah…," pinta Bima dengan penuh manja kepada mamahnya. "Bima…Kamu kan sudah besar dan bisa mandi sendiri, Mamah kan capek baru dari warung." Bima tak menjawab, ia hanya tersenyum lalu segera ke kamar mandi untuk mandi sendiri.
Bima si bocah periang dan bersahaja itu sudah tiga hari tidak masuk sekolah, juga tidak mengaji, ternyata Bima sakit panas. Mamanya tidak membawanya ke Puskesmas karena jauh tempatnya, apalagi ke dokter. Karena tidak punya uang, ia cukup dikompres oleh mamanya. Lambat laun panasnya kini mulai reda, Bima pun kini bisa tersenyum kembali. Mamanya pun bisa menarik nafas dalam-dalam bertanda kekhawatiran tentang anaknya mulai hilang.
"Mamah, kalau uang Mamah sudah banyak beliin Bima kain, Bima ingin pakai kain putih dan mandiin Bima kalau Bima sudah sembuh nanti…!" Pinta Bima penuh harap. "Iya sayang pasti Mamah belikan kain putih itu dan Mamah mandiin, yang penting Bima sembuh dulu", jawab sang Mama menghibur. Bima tersenyum wajahnya bersinar sambil menarik nafas lalu ia hembuskan kembali sambil memejamkan mata, tak ada gerakan dan ucapan yang ia lakukan lagi karna Allah SWT telah memejamkan matanya untuk selama-lamanya. "Bima…!!!? Jangan pergi Sayang! Dipeluknya Bima erat-erat, isak tangis tak terbendung, sesak dada tak tertahan, rasa sesal menggumpal di hati mamanya, karena belum sempat mengabulkan permintaannya.
Di saat Amil (yang memandikan mayat) memandikan Bima, mamanya pun ikut memandikan sambil berkata "Bima, ini Mama sayang, sedang memandikan Bima." Dan ketika Amil mulai mengafaninya, mamahnya pun ikut mengafaninya sambil berikata : "Bima, ini Mamah sayang sedang memakaikan Bima kain putih." Ayahnya pun tak tahu kalau Bima telah tiada.

فاعتبروا ياأولى الأبصار

Peringatan !
Janganlah kau menyiksa darah dagingmu sendiri wahai ORANG TUA hanya karena perkaramu sendiri…!

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar